Sunday, 12 October 2014

berita terbaru Timnas U-19

Mereka rela untuk rehat sejenak dari pekerjaan, berlelah ria, dan bersatu tanpa memperdulikan perbedaan demi satu tujuan mendukung timnas Indonesia U-19.

Sepakbola memang jadi olahraga nomor satu dan paling digilai masyarakat Indonesia yang jumlahnya diperkirakan mencapai 250 juta penduduk. Oleh karenanya dukungan fanatik selalu saja muncul bagi mereka yang mengaku sebagai penggemar sejati.
Di era modern, kefanatikan masyarakat Indonesia terhadap sepakbola bisa Anda lihat lewat menjamurnya berbagai fans klub untuk tim favorit. Tak peduli jarak, mulai dari tim lokal hingga internasional khususnya Eropa. Mereka rela menyisihkan waktunya untuk datang ke stadion, atau hanya sekedar mengadakan acara nonton bareng.
Bahkan ketika atmosfer memanas - lazimnya saat tim yang didukung menerima kekalahan - konflik yang dimulai dari adu mulut hingga adu fisik, yang nantinya berujung pada kekacauan bisa dengan mudah terjadi. Loyalitas adalah prinsip utama, sekaligus jawaban mengapa tingkah mereka sedahsyat itu.
Dan ketika berbicara menyoal timnas Indonesia, jangan Anda sangsikan loyalitas dan totalitas suporter negara dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika ini. Identitas tim dukungan akan disisihkan, lambang kedaerahan bakal dikesampingkan, dan bersatu padu demi satu tujuan untuk tim Garuda.
Berulang kali para suporter Indonesia sudah membuktikan totalitasnya dalam memberi dukungan. Kini dan yang paling baru adalah dukungan mereka untuk timnas Indonesia U-19 yang berlaga di Piala Asia U-19. Secara nyata para suporter berbondong-bondong datang ke Myanmar, sang penyelenggara turnamen.

                                     Dari Bonek hingga TKI, semua bersatu untuk Indonesia                          

Jarak yang lumayan jauh rela mereka tembus hanya untuk memberikan dukungan moril pada Evan Dimas cs. Seperti yang dilakukan Bani Muryanto, suporter asal Semarang. "Saya datang dari Semarang dan di sini [Myanmar] menggunakan uang pribadi," terangnya.

Cuti dari pekerjaan pun nekat para suporter ambil demi dukungan terhadap timnas, meski hanya untuk waktu yang singkat. Tato Kurnia, 40 tahun, jadi contohnya. "Setelah pertandingan kedua fase grup saya sudah harus pulang, karena cuti yang saya ambil bakal segera kadaluarsa," ujarnya.

Satu kisah yang cukup unik kemudian datang dari dua Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Malaysia yang rela jauh-jauh menyebrang ke Myanmar. Fajar Suherman dan Fajar Setiawan, duo bonek Surabaya, yang mana keduanya memilki kisah masing-masing dalam perjuangan memberikan dukungan pada timnas U-19.
Jika nama yang disebut pertama datang dengan mengambil cuti pekerjaan, maka nama kedua datang melalui cara yang 'nakal' dengan membolos dari pekerjaan. Meski begitu keduanya juga harus merogoh kocek cukup dalam sebanyak 1000 ringgit atau sekitar 4 juta rupiah, untuk bisa memenuhi kebutuhan selama di Negeri Tanah Emas.

"Kami per orang siapkan setidaknya 1000 ringgit. Ini semua demi timnas dan nama Indonesia. Apalagi ada Evan Dimas yang asal Surabaya," ujar Fajar Setiawan.

Segalanya jadi makin meriah dengan dukungan dari Kedutan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Myanmar, yang mau menyokong segala kebutuhan suporter untuk mendukung tim Garuda Jaya. Mulai dari akomodasi transportasi hingga kebutuhan akan atribut dukungan di dalam stadion.

"Kami sudah menyiapkan peralatan seperti drum dan atribut-atribut timnas Indonesia untuk menyemarakkan suasana," tutur Rika Gartika, Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial Budaya KBRI, jelang laga perdana hadapi Uzbekistan U-19.

Dan benar saja, tak kurang dari 70 orang suporter Indonesia sukses membentuk atmosfer Thuwunna Stadium, Yangon, tempat digelarnya partai perdana timnas U-19, menjadi begitu panas. Deretan spanduk, sorak sorai jeritan, dan syahdunya nyanyian yel-yel untuk tumnas U-19 tak henti mereka berikan sepanjang jalannya laga.


            Tim asuhan Indra Sjafri tetap mendapat dukungan penuh, meski kalah di laga perdana

Berbagai bentuk dukungan terasa makin sentimentil manakala tim asuhan Indra Sjafri pada akhirnya harus menelan kekalahan 3-1. Bukan makian sebagai bentuk kekecewaan karena kekalahan yang didapat, para suporter secara mengharukan justru menepuk punggung para penggawa timnas yang tertunduk lesu pasca laga, sembari menyisipkan kata "semangat!"

Ya, masih ada dua laga tersisa. Pesimistis bukanlah ciri sejati karakter bangsa Indonesia, kita harus optimis dan terus memberikan dukungan bagi timnas tercinta bagaimanapun situasinya. Percayalah mereka pasti berjuang tanpa kenal lelah, kini tinggal bagaimana cara kita memberi dukungan dari luar lapangan, lewat berbagai peran.

Namun terdapat satu peran yang wajib dan terus dilakoni bagi Anda yang mengaku sebagai pecinta sepakbola tanah air. Satu peran yang tak bisa dibiarkan kosong dari sebuah tim sepakbola, satu peran yang memiliki arti krusial di setiap pertandingan, dan satu peran yang membuat sepakbola bisa terus hidup. Tak lain tak bukan, peran yang dimaksud adalah pemain ke-12 untuk timnas Indonesia!

"Harapan 250 juta warga Indonesia nantinya akan jatuh sebagai doa bagi kami. Jika mereka berharap, pasti mereka berdoa. Bagi saya dan tim, dukungan ini adalah apresiasi yang luar biasa dari masyarakat akan jerih payah kami untuk memajukan sepak bola," ujar Indra Sjafri.

No comments:

Post a Comment